Barabah : Apakah Nikah Cerai Menjadi Tren Yang Sedang Digaungi Oleh Kaum Lelaki?
Tri Vidya Rahmadhani (21016049)
Bagaimana cinta mampu menyatukan dua insan yang sangat jauh jarak usianya? Apakah cinta memang tidak memandang usia? Lalu, bagaimana dengan lelaki yang nikah cerai sampai sebelas kali, apakah cintanya juga sebelas juga? Apakah itu adalah sebuah tabiat didalam sebuah realita? Pertanyaan-pertanyaan ini tentu muncul setelah saya membaca naskah drama Barabah hasil buah karya Matinggo Busye.
Pemaknaan dan penafsiran yang berbeda terhadap sebuah karya sastra dapat menimbulkan tanggapan yang berbeda pula dari beragam pembaca, bisa pasif maupun aktif. Sebuah representasi tanggapan pasif dapat berupa sekedar membaca atau menikmati tanpa ada tindak kelanjutan tertentu. Sedangkan tanggapan aktif dapat diungkapkan dengan pembahasan, komentar, kritik, hingga reaksi aktif lainnya semisal lahirnya karya baru, dalam pengertian Luxemburg (dalam (Lutfi, 2007) disebut sebagai resepsi produktif. Adanya bentuk tanggapan resepsi produktif berimplikasi pada ditemukannya beberapa karya yang terindikasi mempunyai keterkaitan jika ditinjau dari segi-segi tertentu. Ada mata rantai yang menghubungkan beberapa karya meskipun berbeda ruang dan waktu. Dalam esai ini kita akan membahas tanggapan dan kesan tiga pembaca naskah drama Barabah yang akan menguak hal apa yang menarik dari naskah ini.
Dalam naskah drama Matinggo Busye yang berjudul Barabah ini membawa pembaca ke dalam suasana rumah tangga yang sangat menarik dan menggelitik. Barabah adalah wanita muda dengan usia 28 tahun yang menikah dengan Banio yang berusia 70-an. Jarak usia yang sangat jauh tidak membuat cinta Barabah berkurang sedikitpun, ia tetap mencintai Banio dengan tulus. Namun, tak jarang Barabah juga cemburu dengan mantan-mantan istri Banio, mengingat ia adalah istri yang kedua belas tentu banyak kisah sebelum dirinya hadir dalam hidup Banio. Banio memang suka sekali nikah cerai, itulah yang membuat api cemburu Barabah menggebu ketika ada seorang wanita yang mencari suaminya. Ia takut, suaminya menikah lagi. Dalam sudut pandang Banio, kecantikan Barabah tak bisa dipungkiri mampu memikat hati lelaki lain, ia yang sudah tua pun merasa takut bila Barabah meninggalkannya dengan lelaki yang lebih muda.
Tokoh utama
Naskah drama ini berhasil membuat perbedaan pendapat mengenai siapakah tokoh utama yang sesungguhnya. Pembaca (1) berpendapat bahwa tokoh utama dalam naskah ini adalah Barabah. Tidak muluk-muluk, pendapat pembaca didasari oleh judul naskah drama. Judul naskah drama biasanya langsung menggambarkan tokoh utama. Secara terang-terangan, Matinggo Busye menjadikan tokoh Barabah sebagai judul naskah dramanya.
Lain halnya dengan pendapat Pembaca (2) yang beranggapan bahwa tokoh utama dalam naskah ini adalah Banio. Banio dianggap sebagai sumber masalah yang terjadi pada alur cerita. Sehingga pembaca menyimpulkan, tokoh yang sebagai sumber masalah adalah tokoh utama. Seperti dialog berikut.
BANIO
AKU DULU LELAKI MATA KERANJANG. HEI, KENAPA KAU TERTAWA? MEMANG DULU AKU DIBENCI GADIS-GADIS. SEBETULNYA GADIS-GADIS ITU BUKAN BENCI, CUMA TAKUT AKU TIDAK MEMILIHNYA. KEBODOHAN GADIS-GADIS PADA UMUMNYA SAMA DENGAN DUNIA PERJUDIAN. MEREKA JUDIKAN DIRINYA. MEREKA MENGIRA-NGIRA DIRINYA KERTAS, KOMENTATOR SEPAK BOLA. DULU AKU BUKAN JAGO TARUHAN, AKU DULU MALAH BINTANG LAPANGAN, BARABAH. HE KAPAN PERTANDINGAN PSSI LAWAN HONGKONG LAGI? KALAU DAPAT RATUSAN RIBU LAGI SEPERTI SI MUIN, AKU AKAN SUMBANGKAN SAJA KE DEPSOS.
Pada dialog ini, Banio secara langsung menjelaskan bahwa ia adalah lelaki mata keranjang yang membuat perdebatan dengan Barabah memanas. Jika saja kalimat ”Aku dulu lelaki mata keranjang.” tidak diucapkan oleh Banio bisa saja perdebatan mengenai mantan istri Banio tidak berlanjut.
Pendapat Pembaca (3) menggabungkan antara tokoh Barabah dan Banio yang menjadi tokoh utama. Hal ini selaras dengan pendapat pembaca sebelumnya, namun Pembaca (3) menegaskan, tanpa adanya Barabah dan Banio maka alur cerita tak akan sampai. Barabah dan Banio memiliki peran penting dalam alur penceritaan.
Naskah drama ini dinilai sangat menarik dan mengesankan, setiap pembaca memiliki cara – cara unik untuk menyelesaikan pembacaan naskah ini. Pendapat pembaca sendiri mengenai siapakah tokoh utama juga beragam. Namun, tak ada yang salah dari pendapat
tersebut, segala pandangan terhadap naskah drama adalah hasil analisis dari pembaca itu sendiri.
Terlepas dari persepsi pembaca, tokoh utama dalam drama adalah tokoh yang paling sering muncul dan saling berkesinambungan satu sama lain. Dalam naskah ini Barabah dapat dinilai sebagai tokoh utama yang menyelaraskan alur penceritaan. Dari awal hingga akhir Barabah lah yang paling sering muncul dan membawa semua adegan memiliki kepaduan dan keserasian.
Apa yang terjadi dengan Barabah?
Ada yang menarik dari tanggapan pembaca terhadap hal-hal yang dialami oleh Barabah yang ternyata sangat lekat pada kehidupan kita sekarang. Pernikahan beda usia yang jauh sebenarnya tak lagi mengejutkan. Cinta itu memang tak memandang usia. Usia tidak akan menjadi patokan keharmonisan yang terjadi di dalam rumah tangga.
Pendapat pembaca terhadap hal ini sangat relevan dengan pendapat Ala pada tahun 2020, keharmonisan dalam keluarga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti saling mencintai, penerimaan terhadap kekurangan kedua belah pihak, materi, pendidikan, agama. Namun, yang terpenting adalah kedewasaan kedua pasangan. Ketika kedua pasangan mempunyai kedewasaan untuk memikul tanggung jawab rumah tangga, ada kesinambungan dan keseimbangan dalam keluarga, mereka akan saling melengkapi.
Kecemburuan Barabah kepada Banio begitu juga sebaliknya adalah bentuk keharmonisan rumah tangga itu sendiri. Cemburu merupakan sebuah perasaan mulia yang tidak boleh pudar (Megawati.B, 2016). Kecemburuan harus tetap ada dan mesti kokoh sebab dengan itu suami istri akan merasa saling mencintai lalu berusaha memperbarui, menumbuhkan dan memelihara perasaan cinta.
Nikah Cerai
Keunikan naskah drama ini juga terletak pada hal yang disoroti pembaca pada permasalahan yang diangkat penulis, yaitu nikah cerai yang dialami Banio. Pembaca sangat mengaitkan dengan kejadian yang ada di sekitar, bahwa nikah cerai juga menjadi tren yang disenangi oleh kaum lelaki saat ini.
Dikutip dari TribunJabar.id, tahun 2022, Pak Kaan dijuluki sebagai 'Raja Playboy' Majalengka sudah menikah 87 kali, ia mengaku menikah sejak berusia 14 tahun. Dalam kasus
lain di Jakarta,Insider.Id, pria asal arab saudi dijuluki 'Raja Poligami Abad Ini', atas rekornya telah menikah sebanyak 53 kali. Tak hanya itu, Sosok.Id juga memuat berita tentang seorang pria yang dapat ucap ijab qobul dalam sehari untuk tiga wanita sekaligus.
Dari banyaknya kasus yang beredar dapat dikaitkan bahwa nikah cerai yang terlihat dalam naskah drama Barabah ini adalah sebuah tren yang sedang hangat-hangatnya terjadi. Pembaca seakan-akan dapat langsung merasakan bagaimana kasus ini terjadi di kehidupan nyata. Menurut para pembaca, naskah ini menggambarkan lelaki yang memiliki tabiat tidak cukup akan satu wanita. Banio yang memiliki mantan istri sebanyak sebelas orang dapat meyakinkan pembaca bahwa lelaki memang cepat merasa bosan dengan pasanganya.
Bila kita kaitkan dengan perasaan Barabah sebagai istri kedua belas, tak dapat dipungkiri tentu ada rasa kekhawatiran Barabah terhadap Banio yang akan meninggalkannya juga. Dengan masa lalu Banio yang memiliki rekam jejak yang disinyalir menggelitik bagi pembaca, tumbuh keyakinan lain terhadap tabiat kaum lelaki saat ini tentang kebenaran nikah cerai sebagai tren yang sedang digaungi oleh kaum lelaki.
Bila kita tinjau dari latar belakang pembaca membuat penafsiran berbeda terhadap naskah ini, terlebih pembaca naskah yang wanita secara keseluruhan menjadikan nikah cerai salah satu hal yang sensitif. Pandangan sebagai sesama wanita secara tidak langsung memang akan mempengaruhi penafsiran terhadap suatu hal yang disoroti. Naskah drama Barabah memiliki misteri yang ternyata teka-tekinya menimbulkan banyak tanya.
Jadi dapat disimpulkan, banyak hal menarik yang membuat persepsi pembaca berbeda terhadap naskah ini. Namun, hal yang paling soroti adalah kasus yang sama ternyata terjadi di dunia nyata. Pembaca menjadikan hal tersebut sebagai masalah yang unik dijadikan sebagai sebuah karya sastra.
DAFTAR RUJUKAN
Ala, S. F. N. U. T. ’. (2020). PERBEDAAN USIA PASANGAN SUAMI ISTRI DAN RELEVANSINYA PADA KEHARMONISAN RUMAH TANGGA.
Lutfi, M. (2007). Memahami Dunia Politik melalui Karya Sastra: Tinjauan Reseptif terhadap Hikayat Kalilah dan Dimmah. Jurnal UNAIR, 20(1).
Megawati.B. (2016). CEMBURU DALAM KEHIDUPAN SUAMI ISTRI PERSPEKTIF HADIS NABI SAW. (KAJIAN TAHLILI) (p. 102).
https://sosok.grid.id/read/412718869/sehari-bisa-ucap-ijab-qobul-dengan-3-wanita-sekaligus pria-indonesia-ini-sukses-pecahkan-rekor-menikah-terbanyak-seumur-hidup-94-wanita sukses-diajak-naik-ke-pelam
https://www.jakartainsider.id/unik-menarik/pr-7315513175/pria-asal-arab-saudi-dijuluki-raja poligami-abad-ini-rekor-telah-menikah-53-kali-kok-bisa
https://jabar.tribunnews.com/2022/10/27/pak-kaan-raja-playboy-majalengka-sudah-menikah 87-kali-mau-nikahi-janda-ini-perjalanan-cintanya
0 Comments
Posting Komentar