TENTANG RASA

 Rifani Dwi Rahayu (21017022)

Kata orang, penyesalan itu diakhir kalau diawal pendaftaran namanya. Pertanyaannya gini, siapa sih orang yang mau mendaftar untuk sebuah penyesalan?.

–RFN

---

            “Ayah, Ibu, Nessa ingin ikut kalian.” Gadis kecil itu terduduk lemas sambil menangis meratapi dirinya yang menyedihkan.    

Dia Vannesa, anak tunggal yang sudah yatim piatu di usianya yang ke-15 tahun. Ayahnya meninggal karena menyelamatkannya dari tabrakan lalu lintas, sedangkan ibunya meninggal sejak saat melahirkannya.

            “Ayah, Ibu, Nessa salah apa?. Kenapa kalian ninggalin Nessa sendirian?”. Air matanya bak air laut yang tak akan pernah surut, selalu mengalir.

            “Nessa capek Yah, Bu. Nessa nggak punya teman di sekolah, mereka bilang Nessa yang udah bikin Ayah sama Ibu meninggal”.

            “Nessa mau ikut Ayah sama Ibu aja, jemput Nessa”. Lagi-lagi kalimat itu yang terucap dari bibir mungil Vanessa hingga nanti ia jatuh tertidur dalam kepiluan yang sangat menyakitkan.

---

            Vanessa terbangun dalam kondisi mata merah dan sudah membengkak akibat menangis semalaman. Bunda Anggi -pengurus panti- sudah tak heran lagi dengan Nessa yang setiap bangun dalam kondisi seperti itu hanya bisa membuang  nafas berat.

            Bunda Anggi teringat saat pertama menemukan Nessa, Kala itu Nessa hampir saja ingin mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari jembatan. Nessa juga tidak jarang dilarikan ke rumah sakit karena percobaan bunuh diri, dari mengkonsumsi obat berlebihan, menyayat nadi sampai kehabisan nafas karena berendam dalam waktu yang lama.

            “Pagi Nessa, nangis lagi semalam?”. Vanessa hanya tersenyum paksa untuk menjawab pertanyaan Bunda Anggi. “udah berapa kali bunda bilang kan, itu bukan kesalahan Nessa. Itu semua-

            “Udah takdir”. Nessa tersenyum simpul melanjutkan ucapan Bunda Anggi yang sudah dihafalnya.

            “Bunda, Nessa boleh nggak berhenti sekolah?”. Mata Bunda Anggi hampir saja terlepas karena terkejut dengan ucapan Nessa.

            “Nessa capek Bun dibully terus, bahkan nggak ada yang mau deket sama Nessa”. Air matanya turun lagi.

            Bunda Anggi memeluk Nessa untuk menenangkannya. “Nessa harus kuat ya, kan sebentar  lagi Nessa lulus, yang harus Nessa lakukan adalah tunjukkan ke mereka kalau Nessa bisa lebih baik dari mereka. Nessa tunjukin ke mereka kalau Nessa nggak bersalah, bahkan Nessa bisa buat Ayah sama Ibu bangga karena udah memberikan kehidupan mereka untuk Nessa”.

---

Sejak saat itu Nessa kembali ceria dan semakin belajar dengan tekun. Meski masih tetap tidak memiliki teman, setidaknya kini Nessa tidak dibully lagi karena dia sudah tidak lemah seperti dulu.

            Nessa datang ke sekolah ditemani Bunda Anggi karena hari ini pembagian rapot sekolah dan pengumuman kelulusan.

            Acara sudah mulai sejak tadi dan kini waktunya mendengar pengumuman kelulusan.

“Selamat kepada Michel Anggara mendapat peringkat ke-3”. Semua bersorak dan bertepuk tangan tak terkecuali Nessa yang sebenarnya sedang gusar karena selama ini ia selalu menempati posisi itu.

“peringkat ke-2 diisi oleh Ananda Putri, selamat nak”. Lagi-lagi bukan nama Nessa yang di panggil dan itu membuat air mata Nessa hampir menetes.

“Belagu sih mangkannya turun nilainya”. Nessa mendengar suara cemoohan dari temannya yang duduk di belakangnya. Bunda Anggi yang mendengar itupun lalu membisikkan pada Nessa “gagal bukan berarti kalan Nessa, dalam perjuangan pasti akan ada saatnya kita bertemu dengan kegagalan itu. Ingat Nes, hidup seperti perjalanan, kadang mulus kadang bergerigi”.

Nessa tersenyum melihat Bunda Anggi yang selalu menyemangatinya disaat ia terpuruk dan Bunda Anggi juga tidak pernah meninggalkannya walau ia terjatuh.

“Dan selamat kepada Vanessa Lilyana telah mendapat peringkat pertama dan utama di sekolah ini”. Vanessa menatap Bunda Anggi dengan terkejut, ia masih tidak menyangka bahwa ia mendapat peringkat utama di sekolahnya itu.

Bunda Anggi memeluk Nessa dengan meneteskan air mata. Ia bangga dengan Nessa, anak yang sudah ditemukannya dalam kondisi miris dan menyedihkan kini sudah tumbuh besar dan menjadi kebanggannya.

Nessa berhasil melewati masa yang memilukan bersama Bunda Anggi, ia janji akan membuat Bunda Anggi bangga pada dirinya untuk menebus segala jasa yang telah Bunda Anggi berikan kepadanya.

Nessa menaiki mimbar dengan mata yang sudah berkaca-kaca, langkahnya sudah lemah karena ingin menangis haru.

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh, saya Vanessa Lilyana. Saya sangat tidak menyangka bahwa saya bisa mencapai titik ini, dalam kondisi seperti ini. Saya yatim piatu, saya bahkan tidak tau rupa Ibu saya, beliau, Ibu saya telah gugur saat berusaha untuk saya, agar dapat melihat indahnya dunia”.

“Ayah saya yang telah berkorban, banting tulang sendirian untuk menghidupi dan membesarkan saya. Menjadi Ayah sekaligus Ibu bagi saya tapi betapa kejamnya saya telah membuatnya menggantikan saya dalam kecelakaan lalu lintas kala itu”. Nessa memberi jeda pada kalimatnya.

“Apakah saya menyuruhnya untuk menggantikan saya?”. Nessa berhenti lagi, ia mengusap air matanya yang sudah sedari tadi mengalir deras bak air hujan.

“Saya tidak pernah menyuruhnya untuk menggantikan saya, bahkan jika ingin, biarkan saja saya yang saat itu tertabrak, terpental jauh dari jalanan dan tak terselamatkan. Kenapa?”.

“Karena saya tidak ingin hidup dalam penyesalan dan juga saya tidak ingin hidup dalam kesendirian”. Nessa mengelap kembali air matanya.

“Tapi takdir berkata lain dan saya yakin, jika saat ini Ayah saya yang berada diposisi saya, beliau pasti juga merasakan penyesalan yang sama seperti yang saya rasakan”.

“Saya seorang siswi yang lemah. Saya butuh dukungan seorang teman disaat saya sedang berada di fase bimbang, saya butuh candaan seorang teman disaat saya merasa sedih. Saya butuh teman”. Nessa menatap semua teman-temannya meski mereka tak menganggap Nessa.

“Tapi apa yang saya dapat? Saya bahkan tidak merasakan bagaimana rasanya berteman, saya hanya bisa melihat indahnya kalian berteman. Saya juga ingin seperti itu”. Nessa menunduk, diam dan hanya terdengar rintihan pilu dari Vaneeesa.

Orang-orang yang ikut mendengarkan pun ikut menangis haru, sedih dan kasihan. Nessa kembali menatap kedepan.

“Tapi saya beruntung dipertemukan dengan Bunda Anggi, beliau yang sudah menggantikan sosok Ayah, ibu dan sekaligus teman dalam hidup saya”.

“Bunda Anggi yang sudah menemani saya dari masa depresi berat hingga saat ini, beliau juga yang selalu memotivasi saya untuk tetap hidup meski saat itu tidak ada alasan lagi bagi saya untuk terus berdiri di atas bumi ini”.

“Bunda Anggi yang mengejari saya berjalan di jalan yang bergerigi, tak pernah meninggalkan saya meski saya berkali-kali terjatuh”.

“Terima kasih Bunda” Nessa melambai ke arah Bunda Anggi lalu tersenyum

“Sekian cerita singkat kepiluan hidup saya, wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh”. Nessa turun dari mimbar disertai tepuk tangan kagum dari para tamu yang datang.

---

Setelah acara selesai teman-teman Nessa meminta maaf pada Nessa atas kejahatan mereka selama ini, bahkan mereka baru sadar atas kejahatan mereka saat kelulusan tiba? Miris sekali tapi Nessa tetap memaafkan mereka karena saling memaafkan itu hal yang baik, bukan untuk mereka tapi untuk diri sendiri.

Nessa ingat kutipan dari Sheikh Ali Jaber, bunyinya gini, “ubahlah  duniamu dengan sunyuman jangan biarkan dunia yang mengubah senyummu”.

Kali ini Nessa akan mengubah dunianya dengan senyuman dan tak akan lagi ia biarkan dunia menghilangkan senyumnya.