TENTANG RASA
Kata orang, penyesalan
itu diakhir kalau diawal pendaftaran namanya. Pertanyaannya gini, siapa sih
orang yang mau mendaftar untuk sebuah penyesalan?.
–RFN
---
“Ayah, Ibu, Nessa ingin ikut kalian.” Gadis kecil itu
terduduk lemas sambil menangis meratapi dirinya yang menyedihkan.
Dia Vannesa, anak tunggal
yang sudah yatim piatu di usianya yang ke-15 tahun. Ayahnya meninggal karena
menyelamatkannya dari tabrakan lalu lintas, sedangkan ibunya meninggal sejak
saat melahirkannya.
“Ayah, Ibu, Nessa salah apa?. Kenapa kalian ninggalin
Nessa sendirian?”. Air matanya bak air laut yang tak akan pernah surut, selalu
mengalir.
“Nessa capek Yah, Bu. Nessa nggak punya teman di sekolah,
mereka bilang Nessa yang udah bikin Ayah sama Ibu meninggal”.
“Nessa mau ikut Ayah sama Ibu aja, jemput Nessa”.
Lagi-lagi kalimat itu yang terucap dari bibir mungil Vanessa hingga nanti ia
jatuh tertidur dalam kepiluan yang sangat menyakitkan.
---
Vanessa terbangun dalam kondisi mata merah dan sudah
membengkak akibat menangis semalaman. Bunda Anggi -pengurus panti- sudah tak
heran lagi dengan Nessa yang setiap bangun dalam kondisi seperti itu hanya bisa
membuang nafas berat.
Bunda Anggi teringat saat pertama menemukan Nessa, Kala
itu Nessa hampir saja ingin mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari
jembatan. Nessa juga tidak jarang dilarikan ke rumah sakit karena percobaan
bunuh diri, dari mengkonsumsi obat berlebihan, menyayat nadi sampai kehabisan
nafas karena berendam dalam waktu yang lama.
“Pagi Nessa, nangis lagi semalam?”. Vanessa hanya
tersenyum paksa untuk menjawab pertanyaan Bunda Anggi. “udah berapa kali bunda
bilang kan, itu bukan kesalahan Nessa. Itu semua-
“Udah takdir”. Nessa tersenyum simpul melanjutkan ucapan
Bunda Anggi yang sudah dihafalnya.
“Bunda, Nessa boleh nggak berhenti sekolah?”. Mata Bunda
Anggi hampir saja terlepas karena terkejut dengan ucapan Nessa.
“Nessa capek Bun dibully terus, bahkan nggak ada yang mau
deket sama Nessa”. Air matanya turun lagi.
Bunda Anggi memeluk Nessa untuk menenangkannya. “Nessa
harus kuat ya, kan sebentar lagi Nessa
lulus, yang harus Nessa lakukan adalah tunjukkan ke mereka kalau Nessa bisa
lebih baik dari mereka. Nessa tunjukin ke mereka kalau Nessa nggak bersalah,
bahkan Nessa bisa buat Ayah sama Ibu bangga karena udah memberikan kehidupan
mereka untuk Nessa”.
---
Sejak saat itu Nessa
kembali ceria dan semakin belajar dengan tekun. Meski masih tetap tidak
memiliki teman, setidaknya kini Nessa tidak dibully lagi karena dia sudah tidak
lemah seperti dulu.
Nessa datang ke sekolah ditemani Bunda Anggi karena hari
ini pembagian rapot sekolah dan pengumuman kelulusan.
Acara sudah mulai sejak tadi dan kini waktunya mendengar
pengumuman kelulusan.
“Selamat kepada Michel
Anggara mendapat peringkat ke-3”. Semua bersorak dan bertepuk tangan tak
terkecuali Nessa yang sebenarnya sedang gusar karena selama ini ia selalu
menempati posisi itu.
“peringkat ke-2 diisi
oleh Ananda Putri, selamat nak”. Lagi-lagi bukan nama Nessa yang di panggil dan
itu membuat air mata Nessa hampir menetes.
“Belagu sih mangkannya
turun nilainya”. Nessa mendengar suara cemoohan dari temannya yang duduk di
belakangnya. Bunda Anggi yang mendengar itupun lalu membisikkan pada Nessa
“gagal bukan berarti kalan Nessa, dalam perjuangan pasti akan ada saatnya kita
bertemu dengan kegagalan itu. Ingat Nes, hidup seperti perjalanan, kadang mulus
kadang bergerigi”.
Nessa tersenyum melihat
Bunda Anggi yang selalu menyemangatinya disaat ia terpuruk dan Bunda Anggi juga
tidak pernah meninggalkannya walau ia terjatuh.
“Dan selamat kepada
Vanessa Lilyana telah mendapat peringkat pertama dan utama di sekolah ini”.
Vanessa menatap Bunda Anggi dengan terkejut, ia masih tidak menyangka bahwa ia
mendapat peringkat utama di sekolahnya itu.
Bunda Anggi memeluk Nessa
dengan meneteskan air mata. Ia bangga dengan Nessa, anak yang sudah
ditemukannya dalam kondisi miris dan menyedihkan kini sudah tumbuh besar dan
menjadi kebanggannya.
Nessa berhasil melewati
masa yang memilukan bersama Bunda Anggi, ia janji akan membuat Bunda Anggi
bangga pada dirinya untuk menebus segala jasa yang telah Bunda Anggi berikan
kepadanya.
Nessa menaiki mimbar
dengan mata yang sudah berkaca-kaca, langkahnya sudah lemah karena ingin
menangis haru.
“Assalamualaikum
warahmatullahi wabarokatuh, saya Vanessa Lilyana. Saya sangat tidak menyangka
bahwa saya bisa mencapai titik ini, dalam kondisi seperti ini. Saya yatim
piatu, saya bahkan tidak tau rupa Ibu saya, beliau, Ibu saya telah gugur saat
berusaha untuk saya, agar dapat melihat indahnya dunia”.
“Ayah saya yang telah
berkorban, banting tulang sendirian untuk menghidupi dan membesarkan saya.
Menjadi Ayah sekaligus Ibu bagi saya tapi betapa kejamnya saya telah membuatnya
menggantikan saya dalam kecelakaan lalu lintas kala itu”. Nessa memberi jeda pada
kalimatnya.
“Apakah saya menyuruhnya
untuk menggantikan saya?”. Nessa berhenti lagi, ia mengusap air matanya yang
sudah sedari tadi mengalir deras bak air hujan.
“Saya tidak pernah
menyuruhnya untuk menggantikan saya, bahkan jika ingin, biarkan saja saya yang
saat itu tertabrak, terpental jauh dari jalanan dan tak terselamatkan.
Kenapa?”.
“Karena saya tidak ingin
hidup dalam penyesalan dan juga saya tidak ingin hidup dalam kesendirian”.
Nessa mengelap kembali air matanya.
“Tapi takdir berkata lain
dan saya yakin, jika saat ini Ayah saya yang berada diposisi saya, beliau pasti
juga merasakan penyesalan yang sama seperti yang saya rasakan”.
“Saya seorang siswi yang
lemah. Saya butuh dukungan seorang teman disaat saya sedang berada di fase
bimbang, saya butuh candaan seorang teman disaat saya merasa sedih. Saya butuh
teman”. Nessa menatap semua teman-temannya meski mereka tak menganggap Nessa.
“Tapi apa yang saya
dapat? Saya bahkan tidak merasakan bagaimana rasanya berteman, saya hanya bisa
melihat indahnya kalian berteman. Saya juga ingin seperti itu”. Nessa menunduk,
diam dan hanya terdengar rintihan pilu dari Vaneeesa.
Orang-orang yang ikut
mendengarkan pun ikut menangis haru, sedih dan kasihan. Nessa kembali menatap
kedepan.
“Tapi saya beruntung
dipertemukan dengan Bunda Anggi, beliau yang sudah menggantikan sosok Ayah, ibu
dan sekaligus teman dalam hidup saya”.
“Bunda Anggi yang sudah
menemani saya dari masa depresi berat hingga saat ini, beliau juga yang selalu
memotivasi saya untuk tetap hidup meski saat itu tidak ada alasan lagi bagi
saya untuk terus berdiri di atas bumi ini”.
“Bunda Anggi yang
mengejari saya berjalan di jalan yang bergerigi, tak pernah meninggalkan saya
meski saya berkali-kali terjatuh”.
“Terima kasih Bunda”
Nessa melambai ke arah Bunda Anggi lalu tersenyum
“Sekian cerita singkat
kepiluan hidup saya, wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh”. Nessa turun
dari mimbar disertai tepuk tangan kagum dari para tamu yang datang.
---
Setelah acara selesai
teman-teman Nessa meminta maaf pada Nessa atas kejahatan mereka selama ini,
bahkan mereka baru sadar atas kejahatan mereka saat kelulusan tiba? Miris
sekali tapi Nessa tetap memaafkan mereka karena saling memaafkan itu hal yang
baik, bukan untuk mereka tapi untuk diri sendiri.
Nessa ingat kutipan dari
Sheikh Ali Jaber, bunyinya gini, “ubahlah
duniamu dengan sunyuman jangan biarkan dunia yang mengubah senyummu”.
Kali ini Nessa akan
mengubah dunianya dengan senyuman dan tak akan lagi ia biarkan dunia
menghilangkan senyumnya.
0 Comments
Posting Komentar